Sabtu, 06 Februari 2010

Kelurahan Jelekong Jadi Kawasan Wisata




Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung, yang selama ini dikenal karena adanya padepokan wayang golek Giriharja, akan menjadi sentra kerajinan tangan (handycraft), melengkapi sentra konveksi di Kecamatan Soreang, dan sentra strawberry di Kecamatan Ciwidey.

"Insyaallah dalam waktu yang tidak lama lagi, sentra kerajinan tangan bernama Sentra Handycraft Jelekong segera berdiri di sini," kata Koordinator Sentra Handycraft Jelekong Irwansyah, di galeri wayang golek Giriharja Jelekong, Senin (6/7).

Irwansyah memaparkan gagasan membangun sentra kerajinan tangan muncul dari dalang wayang golek kondang H Asep Sunandar Sunarya, yang tinggal bersama keluarga besar Sunarya di Kampung Giriharja, Kelurahan Jelekong.

"Selain untuk membangun generasi penerus seni wayang golek, sentra ini juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para perajin yang ada di sini," ujar Irwansyah.

Di sini, lanjut dia, banyak potensi kerajinan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain kerajinan wayang golek panggung hingga wayang golek cinderamata dan lukisan.

Produksi kerajinan tangan wayang golek dan lukisan Kelurahan Jelekong kini diminati banyak konsumen dari daerah di luar Kabupaten Bandung hingga mancanegara.

Untuk di dalam negeri, sebagian pesanan datang dari daerah berpotensi wisata tinggi, antara lain Yogyakarta dan Bali.

Perajin wayang golek di Kelurahan Jelekong hingga saat ini tidak kurang dari 15 kepala keluarga (KK), sedangkan perajin lukisan sekitar 3.000 KK, dengan omzet berkisar Rp50 juta untuk kerajinan mayang golek dan Rp250 juta kerajinan lukisan.

"Di sini, sekarang juga mulai berkembang kerajinan kulit, dan tidak menutup kemungkinan tumbuh lagi perajin dengan komoditas berbeda," katanya.

Sentra Handicraft Jelekong juga akan dilengkapi dengan sarana multimedia, dengan harapan bisa mengembangkan pasar kerajinan lebih luas.

Dengan pembangunan Sentra Handicraft Jelekong, kelurahan ini ke depan diharapkan menjadi kawasan wisata seni dan wisata agro karena di Kampung Gentong yang bersebelahan dengan Kampung Giriharja, segera dibangun wisata agro lengkap dengan sarana outbond.

SIRNAGALIH

Gg.Sirnagalih RT.01/RW.03. Itulah alamat rumahku,...dan terletak di Jelekong tentunya.bagi temen- temen yang mau maen,dateng aja.Nggak terlalu istimewa sih,..tapi bagi yang mau nyicipin gepuk buatan mamaku,.please come in.


Jalan Rusak tak Jadi Halangan

"duh,piruksakeun pelek ieu mah..."begitu keluh Rano yang baru pertama kali mengendarai motor matiknya di jalanan Jelekong."Tapi teu masalah demi tugas euy....
memang itu salah satu kekurangan kampung jelekong yang selama ini terkenal dengan pewayangan dan lukisannya.tapi meskipun demikian,hal tersebut tidak meyurutkan niat para wisatawan baik dalam maupun lur negri,untuk mengunjungi kampung Jelekong dengan segala keramah tamahan dan pesona seninya.
Apalagi selama ini, Jelekong selalu dijadikan bahan observasi para mahasiswa dan peneliti seni.
Yaa....mudah-mudahan pemerintah daerah setempat bisa lebih memperhatikan Jelekong yang seyogyanya bisa menjadi pemasukan daerah.

Rabu, 03 Februari 2010

KEBON JAGONG





Kampung jelekong mah aya-aya wae ah......salah satunya,disana banyak penduduk yang berkebun jagung.








SEBRING(seblak kering)

Ini lah seblak, krupuk sumber sari yang digoreng setengah mateng dibumbui dengan cabe kering dan kencur..pedes dan nikmat...ruar biasa.
enaknya dimakan dengan makan kuah, tapi dimakan-makan buat snack pun gak kalah seru

selain seblak kering seperti gambarnya, ada juga lho seblak tumis, rasanya gak kalah enak dan cara membuatnya mudah.
Bahan-bahan:
1. kerupuk sumber sari putih atau berwarna sesuai selera.
2. kencur,bawang putih, cabe rawit aka cengek secukupnya,biasanya gw 5 s/d 7
3. garam secukupnya.

Cara membuat:
-tumbuk kencur, bawang putih, cengek, dan garem sampe halus.
-rebus kerupuk sampe lembek lalu tiriskan.
-terus goreng bumbu2 yang udah diulek atw tumbuk sampe setengah matang,kemudian
masukkan kerupuk yg sudah ditiriskan.
-goreng bersama2 sampe kering.
-eing ing enggg seblak tumis siap disajikan
sayang aQ belum sempet lagi masak2 jadi gak ada deh gambarna.

pedessss...sh..sh..sh...

Komunitas Pelukis dapat Penghargaan dari Gubernur

BANDUNG, TRIBUN - Di Gedung Merdeka, pergantian tahun ditandai penyerahan penghargaan pada 19 pelaku seni, budaya dan wisata Jabar 2009. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan langsung menyerahkan penghargaan tersebut, Kamis (31/12).

Penyerahan penghargaan yang diberikan menjelang pergantian tahun 2009 - 2010 dilakukan dalam acara Kilas Balik Jabar tahun 2009 yang dihadiri pula oleh Menteri Informasi dan Komunikasi (Menkominfo) RI Tifatul Sembiring.

Mereka yang menerima penghargaan itu adalah H Moh Aim Salim SSen (Seniman Tari Sunda), Herry Dim (Pelukis), Handoyo (Seniman Tari), Moh Yasin (Seniman/Inovator Pop Sunda), Komunitas Jelekong (Komunitas Pelukis), Getar Pakuan (Sanggar Seni), Hj Aam Amilia (Sastrawan), Godi Suwarna (Sastrawan), Iwan Abdurahman (Musisi), Prof Dr Uka Tjandrasasmita (Arkeolog), H Kusman Kartanagara yang akrab disapa Aom Kusman (Seniman).

Kemudian PT Mekar Unggul Sari (Obyek dan Daya Tarik Wisata), Dharmadi (Air Asia, Maskapai Penerbangan), Dr H Misriyadi MA (Pendidikan Pariwisata), Roby Tjahyadi yang akrab disapa Bob Doank (Pemilik RM Sapulidi), Ir Cecep Rukmana (Owner Hotel Panghegar), Armand Maulana (Musisi "GIGI"), Sule Sutisna (Grup SOS) (artis komedian), dan Dr Agus Pakpahan (Deputi Meneg BUMN).

OJEK JELEKONG

Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan supirnya dahulu setelah itu sang supir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.

Ojek banyak digunakan oleh masyarakat Jelekong. Karena kelebihannya dengan angkutan lain yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela jalan. Selain itu dapat menjangkau daerah-daerah dengan gang-gang yang sempit dan sulit dilalui oleh mobil. Biasanya mereka mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di jalan masuk kawasan permukiman.

Selasa, 02 Februari 2010

Generasi Penerus Asep Sunandar


Track List
01. Cepot
02. Saur Abah
03. Bobotoh
04. Budak Buncir
05. Lalajo Doger Monyet
06. Lembur Harepan
07. Sakola
08. Sore Sore
09. Laksana
10. Cepot (Minus One)

Domba Adu GIRIHARJA 3

Domba garut bernama Batara
Kala, milik dalang terkenal Asep Sunandar Sunarya dari Giri Harja 3
Jelekong Kab. Bandung. Meskipun memiliki postur tubuh yang sangat
meyakinkan dengan berat 117 kg, sayangnya panitia menilai Batara Kala
terlalu tua dengan umur 2,5 tahun.

"Sewaktu berumur satu tahun, Batara Kala dihargai 17,5 juta. Tapi tak
tahu kalau sekarang," kata Baran Siswadi (33), seorang penghobi domba
garut yang bertanggung jawab memelihara Batara Kala.

Nilai ekonomis domba garut memang cukup menjanjikan dan memberikan
peluang bagi para peternak untuk meningkatkan kesejahteraannya. Beberapa
domba garut unggul untuk petarung bahkan bernilai sangat tinggi dan
dapat dihargai mencapai ratusan juta rupiah.

Domba garut unggul memang digolongkan dalam beberapa kategori, yakni
domba pedaging, pejantan, dan petarung untuk adu tangkas.

Dikatakan H. Oro Suhara, Ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing
Indonesia (HPDKI) Kab. Bandung, peternakan domba garut terutama untuk
petarung di Kab. Bandung belakangan sangat pesat karena didukung oleh
budaya dan kegemaran masyarakat dalam adu domba. Kebanyakan bibit domba
adu unggulan di Kab. Bandung diambil dari Garut dan dikembangkan di
Kecamatan Ibun. Saat ini, populasi domba garut untuk ketangkasan di Kab.
Bandung tercatat 50.000 ekor.

"Tingginya nilai ekonomis domba garut membuat masyarakat lebih terpacu
untuk melakukan pembibitan sendiri dan menghasilkan bibit yang lebih
berkualitas," kata H. Oro.

Gambar Adu Domba




Cepot Sakulawargi










Senin, 01 Februari 2010

Asep Sunandar Sunarya

Dalang Wayang Golek InovatifAsep Sunandar Sunarya Asep, yang lebih dikenal dengan panggilan Asep Sunarya, dalang wayang golek yang menciptakan si Cepot. Wayang yang rahang bawahnya bisa digerak-gerakkan jika berbicara, juga dapat merentangkan busur dan melepaskan anak panah, tanpa bantuan tangan dalang. Dengan karyanya itu, dia pantas disebut sebagai pendobrak jagat wayang golek di Indonesia.Selain si Cepot, wayang denawa atau raksasa juga dibuat sedemikian rupa, sehingga otak kepalanya bisa terburai berantakan ketika dihantam gada lawannya.

Dia dipuji dan juga dikritik dengan karya terobosannya itu. Namun, kritikan itu makin emacu semangat dan kreativitasnya. Keuletannya membuahkan hasil, namanya semakin populer. Terutama setelah Asep meraih juara dalang pinilih I Jawa Barat pada 1978 dan 1982. Kemudian paada 1985, ia meraih juara umum dalang tingkat Jawa Barat dan memboyong Bokor Kencana.
Pengakuan atas kehandalan dan kreativitasnya mendalang, bukan saja datang dari masyarakat Jawa Barat dan Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Dia pernah menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville Prancis. Dari institut itu dia mendapat gelar profesor.Asep Sunarya lahir 3 September 1955 di Kampung Jelengkong, Kecamatan Baleendah, 25 km arah selatan Kota Bandung. Bernama kecil Sukana, anak ketujuh dari tiga belas bersaudara keluarga Abah Sunarya yang dikenal sebagai dalang legendaris di tanah Pasundan.

Sejak kecil, terutama sesudah remaja, ia sudah berambisi menjadi dalang. Makanya, setamat SMP, ia mengikuti pendidikan pedalangan di RRI Bandung. Meski ayahnya seorang dalang legendaris di kampungnya, Asep memilih belajar dalang dari Cecep Supriadi di Karawang.Berbeda dengan pendahulunya yang mendalang tempat-tempat tertentu saja, Asep justru tekun mensosialisasikan wayang golek yang inovatif ke kampus-kampus, hotel-hotel, gedung-gedung mewah dan televisi. Upayanya membuahkan hasil. Wayang golek populer di berbagai tempat. Penampilannya yang selalu menarik perhatian mengundang decak kagum penonton baik anak muda maupun orang tua.Popularitas dalang yang telah menikah lima kali dan mempunyai sembilan anak ini pun semakin tinggi. Tidak saja dia diundang pentas mendalang di dalam negeri, tetapi juga di berbagai kota di Benua Asia, Amerika dan Eropa.

WAYANG GOLEK

Wayang Golek is a sundanese traditional puppet from west java, Indonesia. Made from albasiyah wood. Carved and painted extremely detail and wearing clothes. All hand made. Played by one person, called Dalang. The Dalang manipulate voice of many characters of the puppet, moves its head, hands and its body, so it looks alive. The show itself called Pagelaran Wayang Golek. Accompanied by gamelan players, traditional music instrument, a sinden (female singer) and an alok (male singer). Usually it takes 6-7 hours all night. The story is taken from Mahabrata (Descendant of Bharata) and Ramayana (Adventure of Rama) story, but been decreased and been added, been suited with local culture, Sundanese culture. The pagelaran wayang golek usually performed in a ceremony of circumcision, wedding, inauguration, private or company. It's full of education & entertainment.

LEMBUR HAREPAN

Pipir gunung geulis
Lembur leutik camperenik
Beh kiduleun kota Bandung
Katelah kampung Jelekong

Najan lembur nyingkur
Alamna subur jeung makmur
Gudangna para seniman
Jelekong lembur harepan

Gunung-gunungna...
Hejo lemok dangdaunan
Ngeplak sawahna
Matak endah katinggalna

Hayu babaturan
Ngurus lembur babarengan
Ulah dek sewang-sewangan
Gotong-royong sauyunan


Dadan Sunandar

Jumat, 29 Januari 2010

Alat & Bahan Lukis

Alat dan bahan lukisan yang dijual di sanggar seni lukis Dwi Matra ini, biasanya yang suka di pakai oleh para pengrajin lukisan di daerah jelekong ini. diantaranya pisau palet, kwas, cat minyak berbagai merk, cat acrylic, dan lain sebagainya

Bandung Segera Bangun Sentra Handicraft

Kelurahan Jelekong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat direncanakan menjadi sentra kerajinan tangan (handicraft) menyusul pembentukan dua sentra di kabupaten itu yakni sentra konveksi di Kecamatan Soreang dan sentra strawberry di Kecamatan Ciwidey.

"Insya Allah dalam waktu yang tidak lama lagi, sentra kerajinan tangan yang bernama Sentra Handycraft Jelekong segera berdiri di sini," kata Koordinator Sentra Handycraft Jelekong Irwansyah di galeri wayang golek Giriharja Jelekong kepada ANTARA, Senin.

Irwansyah memaparkan gagasan membangun sentra kerajinan tangan muncul dari dalang wayang golek kondang H Asep Sunandar Sunarya, yang tinggal bersama keluarga besar Sunarya di Kampung Giriharja, Kelurahan Jelekong.

"Selain untuk membangun generasi penerus seni wayang golek, sentra ini juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para perajin yang ada di sini," ujar Irwansyah.

Di sini, lanjut dia, banyak potensi kerajinan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain kerajinan wayang golek panggung hingga wayang golek cinderamata dan lukisan.

Produksi kerajinan tangan wayang golek dan lukisan Kelurahan Jelekong kini diminati banyak konsumen dari daerah di luar Kabupaten Bandung hingga mancanegara.

Untuk di dalam negeri, sebagian pesanan datang dari daerah berpotensi wisata tinggi, antara lain Yogyakarta dan Bali.

Perajin wayang golek di Kelurahan Jelekong hingga saat ini tidak kurang dari 15 kepala keluarga (KK), sedangkan perajin lukisan sekitar 3.000 KK, dengan omzet berkisar Rp50 juta untuk kerajinan mayang golek dan Rp250 juta kerajinan lukisan.

"Di sini, sekarang juga mulai berkembang kerajinan kulit, dan tidak menutup kemungkinan tumbuh lagi perajin dengan komoditas berbeda," katanya.

Sentra Handicraft Jelekong juga akan dilengkapi dengan sarana multimedia, dengan harapan bisa mengembangkan pasar kerajinan lebih luas.

Dengan pembangunan Sentra Handicraft Jelekong, kelurahan ini ke depan diharapkan menjadi kawasan wisata seni dan wisata agro karena di Kampung Gentong yang bersebelahan dengan Kampung Giriharja, segera dibangun wisata agro lengkap dengan sarana outbond.

Lukisan Kelas Menenggah Atas

Lukisan Kelas menengah atas merupakan salah satu kelas lukisan yang berada di daerah jelekong. lukisan-lukisan ini disebut kelas menenggah atas karena bahan yang digunakan benar-benar sangat berkualiatas dan bermerk pula. dan lukisan-lukisan di kelas ini jarang di jumpai baik itu di gallery yang ada di bandung maupun galery yang ada di indonesia sekalipun. Harga lukisan kelas ini berkisaran antara Rp.1500.000,- sampai dengan tak terhingga.


Lukisan Kelas Menenggah

Lukisan Kelas Menenggah

Lukisan Kelas Menengah merupakan salah satu kelas lukisan yang berada di daerah jelekong. lukisan ini disebut kelas menengah karena bahan yang digunakan benar-benar bahan yang kualitasnya bisa di bilang mempunyai merk, baik itu kanvasnya maupun dari segi cat yang di gunakannya pula. dan Harga lukisannyapun berkisaran antara Rp.50.000,- sampai dengan Rp.2.000.000,


  • Air Terjun Spon I

    Lukisan » Lukisan Kelas Menenggah

    lukisan air menggunakan cat minyak dan dibentukan dengan menggunakan spon, pada lukisan ini biasanya kanvasnya diolah lagi supaya permukaan kanvasnya benar-benar harus halus.

    NB : Harga Bisa Nego.....!!! bila pemesanan lebih dari 10 buah

Lukisan Kelas Bawah

Lukisan Kelas Bawah

Lukisan Kelas Bawah merupakan salah satu kelas lukisan yang berada di daerah jelekong atau yang bisa disebut lukisan khas jelekong. lukisan ini disebut kelas bawah karena bahan yang digunakan benar-benar bahan yang kualitasnya masih di bawah atau tidak mempunyai merk baik itu kanvasnya maupun dari segi cat yang di gunakannya pula. Harga lukisan kelas bawah berkisaran antara Rp.15.000,- sampai dengan Rp.100.000,-


Menjual Seni, Mengepulkan Asap Dapur

Menjual Seni, Mengepulkan Asap Dapur

Sabtu, 17 Januari 2009 | 11:03 WIB

Oleh Gregorius Magnus Finesso dan Rini Kustiasih

Tangan lincah Ferry (19) menggores kain mori berukuran 130 cm x 75 cm yang telah dilumuri kanji dengan pisau paletnya. Warna-warna terang dari cat merek Peoni dibubuhkan pemuda Desa Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung, itu membentuk fragmen panorama pedesaan. Sebatang rokok keretek tak pernah lepas dari isapan. Santai....

"Dalam sehari, saya bisa membuat 20 lukisan pemandangan pedesaan. Gambarnya sudah di luar kepala," ujar lulusan SMA itu, Jumat (16/1) siang.

Aep Saefuddin (34), guru lukis Ferry, mengaku, dalam seminggu memperoleh upah Rp 200.000. Meski kecil, upah itu mampu menutupi kebutuhan sehari-hari. Untuk setiap lukisan, pekerja memperoleh keuntungan Rp 2.000.

Lukisan "tukang gambar" Jelekong seragam, alias diproduksi massal. Selain panorama pedesaan, obyek gambar yang biasa dicetak adalah pacuan kuda, buah, kereta kencana, ikan koi, atau adu ayam.

"Banyak remaja putus sekolah belajar melukis dan akhirnya bisa mencukupi kebutuhannya sendiri bahkan keluarganya. Boleh dibilang, hampir separuh warga Jelekong makan dari lukisan," tutur Iim Nurhayati (31), pemilik salah satu galeri lukisan di RT V RW I, Kampung Jelekong.

Iim memasarkan lukisannya ke Semarang, Bogor, Bandung, Bali, Malaysia, bahkan Arab Saudi. Dalam sebulan, omzet dari 5.000 lukisannya mencapai Rp 100 juta. Dari hasil berjualan lukisan, Iim bisa membangun rumah, membeli mobil, bahkan menunaikan ibadah haji. Asep Subarnas (44), pengusaha lain, mengaku, gambar pemandangan paling laku. Untuk satu lukisan pemandangan di atas kanvas berukuran 135 cm x 40 cm, ia untung Rp 120.000 dari harga Rp 150.000 yang ditawarkan. Dampak krisis

Krisis global pun turut mengimbas. "Para tengkulak Bali mulai jarang memesan karena jumlah turis asing yang biasanya membeli lukisan turun drastis," ujarnya.

Merapat ke pusat Kota Bandung, lukisan karya perupa Jelekong dapat dijumpai di kawasan Braga. Di jalan sepanjang 700 meter itu, berjajar dari pedagang lukisan kaki lima hingga galeri lukisan ternama, seperti Galeri Tatarah.

Adang Suheri (63), penjual lukisan di Jalan Braga, mengatakan, dalam sebulan bisa meraup Rp 2 juta saat ramai. Keuntungan itu memang menurun dibandingkan dengan era 1980-an yang bisa mencapai Rp 4 juta.

Saat ini ada sekitar 10 penjual lukisan di sepanjang Jalan Braga. Bila dalam sebulan keuntungan mereka Rp 2 juta, perputaran uang dari bisnis lukisan itu mencapai Rp 200 juta.

Anton (32), pramuniaga di Galeri Tatarah, mengatakan, harga lukisan perupa Jelekong Rp 50.000-Rp 500.000 per buah tergantung bahan baku dan kualitasnya.

Meski diproduksi massal, lukisan karya pelukis Jelekong tetap menarik wisatawan. "Harganya murah. Beda dengan lukisan perupa terkenal yang mencapai jutaan. Saya tidak paham lukisan, hanya untuk hiasan," kata Agung Tisnawan (44), wisatawan asal Magelang, Jawa Tengah.

Kisah perupa Jelekong memperpanjang debat mengenai batasan seni dan industri yang kian bias. Demi menyambung hidup, cita rasa seni rupa dikolaborasikan dengan industri yang mengikuti selera pasar. Namun, berpijak pada fakta, kini setidaknya 200 kepala keluarga di Desa Jelekong berhasil menaikkan taraf hidup.

Mayapada Indah Wayang Golek

Sejarah Ringkas......

Seni rupa sandiwara boneka berkayu atau lebih lazim jenengan - namanya Wayang Golek, tindak-tanduknya memang kelihatan seperti lagi ngagulitik atau menggolek, asal muasalnya di dataran tinggi Priangan Jawa Barat yang kerajaan buddha Pajajaran masih misésa atau menguasai pada abad XV M., tatkala itu, Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa dari perbagai negeri ufuk timur seperti Persia, Turki, Mesir dan Cina untuk beruluk salam sambil mencanangkan kawibawan firman Allah, dipercaya memperkenalkan seni ini kepada penduduk setempat.

Itu lambat-laun terjungkar-jangkir sepanjang daerah Priangan, bergabung sama adat istiadat pra-Islam dan budaya khayalak ramai. Pada hakekatnya, ini dilantarankan aspeknya yang sudah merecup dalam benak masyarakat awam, tasmat menggalang faham-faham hikmah filsafat, akhlak atau malahan bermuatan kasad propaganda. Bahwasanya, setiap babak pementasan adalah bidang permata atau ibarat tematis filsafat tertentu, dengan menyirat makna tersendiri bagi penilik yang berlatar belakang undak-usuk atau tingkat pendidikan berbeda-beda. Berisikan serancaman cerita murni adapun pertikaian kebajikan melawan kedurjanaan dan segala nista kepasikan yang akhirnya cuang-caing. Tidak pelak lagi, bukannya menyerupai selangkas buah papaya bahwa Seni Wayang Golek telah menghaturkan sumbangsih yang cukup berarti dalam hal mencagarkan kesinabungan warisan khazanah budaya tamaddun sunda zaman pra-islam.

Simbolisme para Tokoh
Haraplah maklum tentang adanya syarat mutalak bahwa seberinda pertunjukan Wayang Golek berdasarkan bentuk dan kode-kode warna yang bertujuan menggambarkan ciri masing-masing tokoh dan fihak dikotomis.

Terdapat dua fihak yang saling melawan, yakni tokoh baik yang berperangai halus dan rendah hati dan yang dursila tabiatnya kasar dan suwaban (angkuh). Sementangpun para persona tidak bersifat manikeis dan tokoh halus pun mempunyai belang, sedangkan tokoh kasar memiliki sifat yang konon tidak perlu selalu kita dayus.
golek2.jpg (10459 bytes)
Skema warna
Merah: keberingasan, sifat toma (angkara murka), ketidaksabaran, rasa wera (amarah)/Hitam dan biru : ketentraman, kebangkitan rohani, kedewasaan/Putih: kemurnian, budi luhur dan tatakrama/Mas dan kuning : para narapati dan kaum ningrat.

Warna Pandé (rupa raut muka)

Putih untuk seorang pangeran muda/Hitam untuk ketulusan hati atau kesucian/Hijau untuk kemunafikan/Biru adalah ta'yin sikap yang tidak mandraguna - gagah.
Sosok tubuh
Halus : Kepala menganggut sebagai pertanda kerendahan hati dan watak yang tidak usung ésang - suka membantu melakukan kejahatan, wajah halus, hidung mancung, mata berbentuk buah badam, kulit konéng pisitan - kuning langsat dan berperawakan tinggi langsing. Gentra (suara) merdunya leuleuy (lemah lembut)yang begitu rendah nadanya bahkan terkadang tidak kedengaran.


Kasar : Sifatnya angguklung - besar kepala, mereka lebih pendek, sosok tubuhnya bagai yaksa - raksasa; secara caluntang - tidak tahu adat, kepala menengadah dan matanya yang sangat belotot tampak membusung. Hidung besarnya pesek, sosok tubuhnya rapat dan kasar, warna kulitnya gelap.


Mata atau soca yang membundar melambangkan keperkasaan tokoh halus dan kebengisan tokoh kasar.
Para Tokoh Mahabarata
bimab.jpg (5506 bytes) Pandava seikhwan : Kekuatan bajik. Putra-putra Devi Kunti ini melambangkan kebangsawanan, kehalusan dan pengetahuan. Yudistira : ini putra sulung berperangai lemah gemulai yang mewakili keadilan dan kebiasaan introspektif (digambarkan dengan pengandaman rambut padat dan kompak), persona ini berbudi luhur namun kebesaran hatinya kadangkala suka berlebih-lebihan.
Bima : Adalah benyamin kulasentana Pandava, bertubuh kekar dan berwatak culika - jahil, seorang ksatria tulen par exellence yang membuat lawan geletaran ketika mendengar suaranya. Putra bungsu ini menjelmakan nyali besar dan tahu bagaimana menghormati dan menjulang etika baik. Dirinya mengantapi dua pekarang sakti : ibu jari berangkap yang mirip cakar - Kuku Pancanaka dan palu besar - Gada Rujak Pala.
Arjuna : Rundayan (trah) dewa Indra, beradab dan halus, meskipun bersopan-santun, cacatnya adalah kebiasaan bernapsi-napsi ngarungrum - merayu perempuan

Persaudaraan kembar Nakula dan Sadeva : mengenyam sasana maknawi dari wiku atau pendeta Durna yang ngawisik atau mengajar ilmu kebatinan kepadanya. Rambut cepak mereka wujudnya menyerupai ekor kalajengking (keriting).

Para Kurava : Kekuatan pasik ini juga merupakan perlambang pembinasaan dan terdiri atas 99 putra dan 1 putri.
Duryudana : Pemimpin nasab Kurava, korban dari diberinya nasehat oleh pamannya Sangkuni.
Kama : Kerabat Pandava dibesarkan para Kurava ini yang mencoba berkhidmat kepada kedua belah pihak dan achirul kalam, tammat riwayat saat Arjuna memupuskannya.

narasoma.jpg (5057 bytes) Narasoma : Salah satu pengagum resiwara Durna. Kulawangsa Barata
menafikannya. Kecantikan geureuha - istrinya menyebabkan Narasoma
berlinyak dengan Arjuna yang walhasil raib tatkala aduan itu. Apes, Narasoma
bakal merelakan jiwanya atas wejangan sang guru Durna yang telah
mengkhianatinya. Narasoma melambangkan kesetiaan.
gatotb.jpg (5104 bytes) Gatot Kaca : Salah satu putra Bima, wataknya yang
manggulang-mangguling atau gagah, menyamai
kurnia gaib yang menjelaskan kenapa dirinya bisa
menerbangi langit dan mendengar dari jarak jauh.
Para Tokoh Ramayana
ramab.jpg (6010 bytes) Rama : Salah satu putra raja Ayodya yang mengayomi rakyat
jelata dan punya keahlian menangani panah kelodan dan
merancangkan siasat militer. Sita, mempelainya, akan
diciduk Ravana.
wibib.jpg (5590 bytes) Wibisana : Adik raja Ravana yang meruntak penculikan Sita
akan memutuskan untuk memihak kepada Rama. Walaupun
dirinya merupakan tokoh macakal - berdikari yang senantiasa
membela keadilan, Wibisana bahkan merupakan perlambang
kecederaan.
shinta1b.jpg (5397 bytes) Sita (atau Devi Sita) : istri Rama, kecantikannya
adalah karunia indraloka, tepatnya untuk alasan
itu Rama curak-curak (bersuka ria) menculiknya;
Sita berupa perlambang nirmala kesetiaan suci
yang tulus ikhla dan murni.
Indrajit : Putra Ravana
Ravana (dikenal pula sebagai Dasamuka, Dasakhanta) : Raja khalaik raksasa yang mengediami pulau Lanka (Sri Lanka); gangas (lalim) dan lancang, Ravana menciduk Sita, istri Rama.
Delem beserta Sangut : Abdi-abdi Ravana yang pengecut.
Tualen atau Malen : Saudara laki-laki Merdah yang mengejawantahkan kearifan syurgawi, mereka tidak gegetun (menyesal) mengabdi kepada Rama.
indrajit.jpg (5232 bytes)
Raksasa dan Buta : Danawa-danawa upadata kedurjanaan yang raray atau berwajah merah, mata besarnya menonjol dan hidung besarnya tampak membengkak.
Hanuman : Senapati balatentara kerah putih dan agen rahasia yang akan diutus ke Alengka di pulau Lanka agar mencari
Sita - Perlambang ketabahan dan kasuyudan - kesetiaan
Prahasta : Wazir Ravana
Marica : Saudara perempuan atau gundal Ravana
Pangkal Cerita......
Tidaklah sepadi halmana bahwa wiracarita Mahabarata dan Ramayana yang cikal bakalnya di India merupakan subyek pokok ganda yang dapat dijumpai pada semua ujud seni wayang; kedua hasil karya terdiri dari 180 lebih Pakem (buku).

Mahabarata
Adapun Mahabarata, susunannya berlampiran 100.000 bait dan 18 jilid...yaitu epos wangsa Baratamendongengkan pergolakan kuasa yang terjadi dalam kurun zaman sekitar abad 13 atau 14 SM. di wilayah paksina India, di satu fihak, antawis réréhan atau antara keluarga Kurava dan sepupunya ikhwan Pandava yang mengeréh - memerintah kerajaan Ngasmana. Para Pandava mewakili cahaya (kebajikan) dan para Kurava adalah mahaduta kekelaman (kepasikan).

Tersebab oleh banyaknya ikhtilaf episode yang memberi garis lingkaran alkissah, maka amat ruwat seluk beluk hikayat. Para Kurava yang dilahirkan ke buana melalui perantaraan dewata bernama Durga, berupaya melunyah kelima ikhwan Pandava sambil bertualang menyerempak kerajaan Astina peranti memaksakan kulawanda dinatanya ngarengkuh atau meniarap sebagai pertanda sewaka kepada para penakluk.

Awal bermula, para Kurava yang mencoba menanguskan para Pandava, lingsem karena difadihatkan mengunggulinya tatkala aduan hasar dadu. Pihak yang kalah akhirnya minggat ke Virata, persemayaman embahnya, untuk bersuaka. Dari situlah mereka berprakarsa merebut kembali kerajaan yang telah lindang tandas; walaupun eceknya onyak-anyik mengasung apa-apa, syahdan , mereka keteter terhadap perkembangan situasi yang berubah sedemikian langkas, meruyaknya perang dahsyat yang berupa suatu pertumpahan darah sakaratu imaut ini disebut Barata Yuda.

Suyudana dibasmi oleh Bima sesepuh para Kurava, selepas peristiwa-peristiwa tidak tepermanai, Yudistira pun menghunus cenangkas dan menyalang raja Salya.

Muak terhadap segala nirca atau aib keberingasan, Yudistira bersiap menyangkal disirihkannya singgasana kiani kepada dirinya namun diperingatkan akan darma baktinya oleh pangeran Kresna.

Beberapa tahun lewat, lantas berpulang ke belantara, para Pandava untuk satu per satu mendapat tanah tersirah, Yudistira akhirnya dicari-cari dewa Indra.

Ramayana

Inilah kisah pangeran Rama, awatara Visnu.

Pangeran Rama, putra sang narapati Ayodya memenangkan turnamen panah, maka selaku hadiah Rama yang asih kikindeuwan (selayang pandang anggap pantas jadi istri/suami) sama Sita diperkenankan mempersunting gadis rupawan dan muda belia itu.

Berikut seleretan intrik, saudara laki-laki Rama bernama Barata naik takhta dan yang satu lagi bernama Lesmana beserta mempelainya Sita pada berhijrah ke dalam pengasingan di rimba sawang di mana bersua dengan Marica salah satu saudara perempuan atau panakawan Ravana raja pulau Lanka......Marica punya renjana kepada Rama yang menolaknya sebagai tambatan hati, seterusnya, Marica yang senyampang Kasarumahan muriang édan kasmaran atau kesurupan demam sakit berahi lantaran tertimpa prahara wayang-wuyungan (sedih karena gandrung), sangking mangkelnya telinga dan hidung Lesmana dikudungnya!

Tidak segan-segan, Ravana membalas dendam kasumat demi saudara perempuannya dengan mengoyok-oyok Rama dan Lesmana sembari reyem-reyem atau menyaru jadi fakir gelandangan, Sita diculiknya dari kereta perangnya yang mampu menyimpang-nyiurkan cakrawala. Kedua kakak adik tersebut berangkat menyelamatkan Sita, kemudian bertemu Hanuman yang menghalakan pasukannya beranggota sekerumun kerah putih dari kerajaan Sugriwa - narapati Pancawati. Rama dan Lesmana meremas saudara laki-laki Sugriwa bernama Subali yang nyingkah atau menyingkirnya dari singgasana kiani...selaku pahala mengimpas, pasukan kerah ditauliahkan kepada Rama guna merampak puri Ravana. Hanuman bersahakarya dalam arti merupakan tokoh yang pertama kali menemui Sita, itu terjadi hanya seusai memangkah ikan raksasa bernama Kataksini, akan tetapi, Hanuman pada akhirnya kesangsang perangkap musuh.

Terkena hukuman mati, Hanuman yang eumeur atau babak-belur tidak luncas meluputkan diri ketika terpancang di galah agar supaya dibakar; dirinya menyatu lagi sama handai taulannya.

Setelah menjembatani pulau Lanka dengan benua India, Rama mengerahkan balatentara kerahnya untuk menggempur pulau itu; ketika bertempur, pada saat terjadinya suatu duel danawira, Rama berhasil menumpas Ravana. Dirinya yang menghidupi pengasingan selama 13 tahun kembali ke Ayodya di mana mendapat kembali peterana. Kendatipin begitu, Sita urung membuat takrir akan kesetiaannya kepada Rama yang tadinya benar-benar leungiteun atau kehilangan Sita tatkala istrinya itu menderita eksistensi tawanan di bawah naungan zalim Ravana. Patah hati atau liwung, Rama terpusa mengambil putusan mengusir Sita dari kerajaan. Lantas, Sita melahirkan dua anak kembar dan tidak lama kemudian, mangkat. Rama yang saat itu kewalahan manalagi tertunggang langgang dan welas atau keibaan nasib malang yang merundung permaisuri mendiangnya, kepada kedua putranya mempercayakan kerajaannya, kelak, usai menerima wangsit dari suralaya, nitis lagi sebagai Visnu bari memaerat dari mercapada fana. Ada juga satu versi lain yang merawi bahwa Sita sukses meloloskan diri dari gemblengan jiwa tersebut.

Wiracarita lainnya

Amir Hamzah:
Riwayat petualangan Amir Hamzah yang mempunyai pelbagai nama: Amir Ambyah, Jayengrana, Menak dan lain sebagainya...yakni paman rasul'lah nabi Muhammad. Seseorang harus menelusuri sejarah kembali pada tarikh ketika Harun-al-Rasyid yang pertama kali mengenjak pulau Jawa sekitar abad XV M. menduduki takhta (sekitar 800 M.).

Wayang Golek
Boneka diolah dengan mengantapi kayu ukiran berbongkol bulat, kepala dan langan dapat dilepaskan; wayang golek yang ditunjang tuding atau gagang lazimnya berpakaian tenunan berwarna-warni, kebanyakan berukuran besar.

Wayang golek menduduki meja kayu bergerek-gerek dengan seruntunan liang - plangkan yang berurutan rumpang, semuanya berlaku demikian agar supaya dalang bisa lebih nyaman mengatur gerak-gerik wayang. Tokoh halus selalu tampil dari palih sisi kanan, sedangkan bagi yang kasar, sebelah kiri.

Wayang golek sering digunakan untuk menamatkan pagelaran wayang kulit peranti menggambarkan perobahan di jagat raya - aluran berangsur dari tahap wujud eksistensi dwimatra ke yang trimatra. Namun rakyat murba Jawa barat lebih menggemari wayang golek karena intisari tematiknya lebih maujud dan duniawi ketimbang wayang kulit yang lebih cenderung bernuansa abstrak, jadi tidak nyana lebih populer di kalangan elit.

Bagi peminat yang ingin memperoleh boneka wayang golek...itu mah sual gampil, atau dengan kata lain itu sih soal gampang...réh iasa dipendak, karena bisa ditemukan di berbagai toko butik, terutama yang berlamparan di kota Bandung, ibukota propinsi Jawqa barat yang menginggapi puser budaya sunda priangan.

Dalang
Berdasarkan tradisi sunda menjelang datangnya agama islam, dalang mengantara antara dewata kahyangan dan insan bumi. Idem, dirinya berperan sebagai wahana sasana untuk menyebarkan tema-tema universal dan kaedah-kaedah agamiah, alhasil dapat dikatakan bahwa inilah satu contoh dari sekian banyak sarana didaktik dalam rangka meladeni kesejahteraan penduduk luak desa.

Dalang mengarah pagelaran yang sekaligus mencancangkan tugas selaku:
- ahli teknik : menghidupkan wayang

- juru ceritera : mengissahkan sandiwara sayu atau melodrama dalam bahasa sunda, terkadang bertutur dalam bahasa indonesia jika dalangnya berbicara sendirian dan badut-badut yang silih témpas - berbicara secara bergantian sama para hadirin.
- penyanyi : persediaan lakon mesti dilafalnya,
- juru tiru : harus meniru suara para tokoh supaya penonton akan segera mengenalnya,

- konduktor : memberi petunjuk ke orkes dan wajib memainkan setiap alat musik yang bersangkutan.

Dalangnya harus menggembirakan penonton selama berjam-jam dan agar memenuhi tuntutan itu, kadangkala, selain mesti berperilaku lebih serius, bahkan amat lentong (aksen bicara yang menghormati) dalam suasana murung hati...dirinya diharap menakrirkan kesadaran akan humor; dari waktu ke waktu, dalang menyisipkan untai-untai kocak dan perbuatan jenaka untuk menyenangkan para hadirin dan memacukan kana'at sesuai kalangenan atau kesukaan penonton. Maka untuk itu ada beberapa tokoh yang kita tidak menjumpai pada babak lebih awal.


Lantas, ini niscaya halwa telinga yang nilai estetika amat berharga, dilapik keselarasan antara santainya adegan lucu dan melankolisme sayu rayu yang memberi kekhasaan pada seni klasik Wayang Golek di Indonesia. Upami nyarios perkawis hal ieu, sayaktosna, nalika saurang kantos ningali tongtonan Wayang Golék, nyindang di wewengkon Parahyangan; tan wandé yen ieu hal anu pasti nu éndah jalaran pamandangan nu meni saé pisan téh ngadamel hatosna teu kapambeng nineung sami srangéngé hurung-hérang matak silo mentrang pagunungan éta anu disimbeuh cahayaanna sareng halimun nalangsa sapertos marakayangan nu ngawengkuna téa - Jika berbicara tentang hal ini, sesungguhnya, ketika seseorang pernah melanja di wilayah Parahyangan - persemayaman dewata, dan menonton pagelaran Wayang Golek; pasti, sebab pemandangan yang bagus sekali ini membikin hatinya tidak mengewa untuk selalu rindu akan indahnya kelap-kelip matahari menjemur pegunungan yang disemburkan cahayanya dan kabut suram bagai arwah gentayangan yang meliputinya...... Begitulah, alam rindang yang menjelma di kalbu apabila menatap tamasya Wayang Golek yang kadang-kadang tampil mengenjut igal-igalan.

Ikhwal keadaannya......Nanging, éta mah sanésna teu iasa janten ngageunjleungkeun kaayaan, teu uninga naha aya inohong nu ngalugas pakarang ka si anu bari nyingray, aéh...engké lanan atuh! Sakedahna, teu kéning dugi ngangluh teuing atanapi nyuhunkeun sarantos ti pak dalang, itu margi aya hal anu pasti nu nuju sumping, malih sanés réhing hamo aya naon-naon nu badé nyintreuk, kajabi nyandak hal anu pasti kanggo samudayana, ieu supados ngadamelna langkung bingah - walaupun begitu, itu bukannya langkara membuat keadaan heboh, entah kenapa ada yang berseregang melutu si anu sembari ongkang-ongkang, eh...nanti dulu! Seharusnya, jangan sampai terlalu murung hati atau minta tempo dari pak dalang, itu sih lantaran ada sesuatu yang datang, malah bukan karena tidak bakal ada apa-apa yang akan menyentil, kecuali membawa sesuatu bagi semuanya, ini supaya membuatnya lebih bahagia. Alhasil, bilih tos palay lali, mohal, nyaéta mung réhma ieu darmawisata téh kabuktosan sayogi miroséa hal anu pasti nu ngawulang pituduh wijaksana éta nu ngayuga tina anggah ungguh budaya Sunda; sanaos kitu, tangtos, dina danget ieu, teu luput yen sadayana téh masihan ka sugri urang kaperyogian hiji jiga sasana anu pangaosna urang ogé iasa ngemut katut nyepeng sapaosna - Alhasil, andai kata sudah mau lupa, mustahil, yaitu hanya karena darmawisara ini terbukti sudi memperlihatkan sesuatu yang mengajar suatu keperluan seperti kebijaksanaan sunyata yang kelahirannya disebabkan oleh tata krama budaya sunda, walau demikian, tentunya, pada saat ini semuanya memberi kepada setiap orang pelajaran yang nilainya kita pun boleh mengingat dan memegang selamanya.
gunungan.gif (6953 bytes)