Jumat, 16 September 2011

MY LORD

By Fitri Rahayu

Oh my Lord..
Please handle my heart
Please Give me an art
Forgive me, My Lord
I still loving him..
...

Translating by me

ABSTRACT

Tika Silvaniar

NPM. 08,303,142

Medical Records and Health Information

COMPLETENESS REVIEW RESUME JAMKESMAS OUTPATIENT TO SUPPORT PROCESSING DATA OF JAMKESMAS PATIENT WITH INA CBG’S SYSTEM AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL AL- IHSAN PROVINCIAL GOVERNMENT WEST JAVA

Final Project: 80 Pages

This research aims to determine about factors that affect the completeness resume of Jamkesmas outpatient to support the processing data of jamkesmas patient with INA CBG’S system at the Regional general Hospital Al- ihsan Provincial Government west java. The methods of data collection used were interviews, observation, divining manual and documentation studies.

Methods of research conducted by the method of descriptive research. From research conducted, it was a factor that inhibits the completeness resume Jamkesmas outpatient to support the processing data Jamkesmas patient with INA CBG'S system were Resume Jamkesmas outpatients that nearly 40% of diagnoses can not be read by the processing data officer jamkesmas patient, resume precence outpatient Jamkesmas who do not complete and should be returned to the examining doctor, the doctor who examined the signatures does not complete the doctor, Jmkesmas outpatient Resume who have been assessed by a team of verifiers still incomplete, so the resume must be returned to the processing data officer Jamkesmas patient, and resumes of patients admitted to the emergency room (ER) that is 100% not in content.

The advice given to improve the completeness resume Jamkesmas outpatient to support the processing data of jamkesmas patients with INA CBG'S system is by way of: (1) Providing socialization to the doctor and the parts that deal in filling resumes importance of completeness of the resume in the processing and claiming. (2) Doing good communication between staff and doctor so that doctor are not legible writing can be minimized. (3) The hospital provides a resume specifically for Jamkesmas patient seeking treatment through Emergency room(the ER) as well as socialization to the doctors, nurses, registration staff in Emergancy Room(ER) The importance of filling in the resume (4) The hospital increased the number of officers Medical Record on the data processing in order to create harmony between Jamkesmas workload with officers.

ABSTRAK

Tika Silvaniar

NPM. 08.303.142

Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan

TINJAUAN KELENGKAPAN RESUME RAWAT JALAN PASIEN JAMKESMAS GUNA MENUNJANG PENGOLAHAN DATA PASIEN JAMKESMAS DENGAN SISTEM INA CBG’S DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT

Tugas Akhir : 80 Hal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kelengkapan resume rawat jalan pasien Jamkesmas guna menunjang pengolahan data pasien Jamkesmas dengan menggunakan sistem INA CBG’S di Rumah Sakit Daerah Al – Ihsan Pemerintah Propinsi Jawa Barat.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi, studi Pustaka dan dokumentasi.

Metode penelitian yang dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Dari penelitian yang dilakukan, ternyata faktor yang menghambat kelengkapan resume rawat jalan pasien Jamkesmas guna menunjang pengolahan data pasien Jamkesmas dengan sistem INA CBG’S adalah Resume rawat jalan pasien Jamkesmas yang hampir 40% diagnosa tidak dapat terbaca oleh petugas pengolahan data pasien Jamkesmas, Adanya resume rawat jalan pasien Jamkesmas yang belum lengkap dan harus dikembalikan pada dokter yang memeriksa, dokter yang memeriksa tidak melengkapi tanda tangan dokter, Resume rawat jalan pasien Jamkesmas yang telah dinilai oleh tim verifikator masih ada yang belum lengkap, sehingga resume tersebut harus dikembalikan ke bagian pengolahan pasien Jamkesmas, dan resume pasien yang masuk ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) yang 100% tidak di isi.

Adapun Saran yang diberikan untuk memperbaiki kelengkapan resume rawat jalan pasien Jamkesmas guna menunjang pengolahan data pasien Jamkesmas dengan sistem INA CBG’S adalah dengan cara : (1) Memberikan sosialisasi kepada dokter dan bagian-bagian yang berhubungan dalam mengisi resume pentingnya kelengkapan resume dalam pengolahan dan pengklaiman. (2) Melakukan komunikasi yang baik antara petugas dan dokter sehingga tulisan dokter yang tidak terbaca dapat diminimalisir. ( 3 ) Pihak rumah sakit menyediakan resume khusus untuk pasien Jamkesmas yang berobat melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) serta sosialisasi kepada dokter, perawat, petugas pendaftaraan di IGD (Instalasi Gawat Darurat) Pentingnya dalam pengisian resume (4) Pihak rumah sakit menambah jumlah petugas Rekam Medis pada bagian pengolahan data Jamkesmas agar tercipta keserasian antara beban kerja dengan petugas.

Minggu, 14 Agustus 2011

PUISI

Oleh : Fitri Rahayu

SEKAM

Ada sekam dalam hatiku

Sekam itu bernama cemburu

Nafasku kian memburu

Panas dan sesak berhembus tak menentu

Sekam itu berasal dari cinta

Cinta yang awalnya teramat menggoda

Lamat – lamat kurasa dalan jiwa

Namun, sekam itu kian membara

Kau yang menyulut api dalam sekam

Dalam keraguan yang terus menikam

Hingga malam kian mencekam

Kecemburuan ini kan tetap jadi sekam

Kalau saja sekam itu tak kau tanam

Tak mungkin aku terjaga sepanjang malam

Bukannya segera kau siram

Malah terus kau sulut dan tak kunjung padam

Sirnagalih, 22.10 WIB. 12 Juni 2011

Teruntuk yang selalu membuatku cemburu

MUKADIMAH

Kumukadimahi dengan senyummu

Ah..itu cukup untuk membuatku menggigil

Bukan itu, tepatnya aku sangat menggigil

Dan aku tak beranjak dalam gigil yang meluluh

Lalu sorot matamu melelehkanku

Entah keajaiban mana yang membuatnya begitu indah dan teduh

Kuhirup udara dalam – dalam

Kurasakan nafas surga melewati kerongkonganku

Harum dan masygul tiada tara

Kini aku berada jauh dalam hatimu

Aku terkesiap, ada sebongkah cinta disana

Kumasuki lebih dalam ke urat nadimu

Kutemukan sepotong rindu

Kemudian, aku berlindung diantara kekar lenganmu

Bersandar manja di dinding bahumu

Merasakan hentakan denyut jantungmu

Cukuplah sudah, kuakhiri saja dalam pelukmu

Sirnagalih, 05.20 WIB. 13 Juni 2011

Teruntuk seseorang yang selalu kurindu.

DIA BERBISIK DENGAN TUHAN

Aku mendengar dia berbisik dengan Tuhannya

Di penghujung malam yang mulai menua

Lirih dan parau nyanyiannya di malam itu

Kulihat tangannya menengadah ke langit

Entah meminta apa, aku samar mendengarnya

Aku semakin mendekat

Jarak antar degup jantungku semakin rapat

Teralun lembut dalam bisikannya

Menyebut namaku

Dia berbisik dengan Tuhannya

Dipenghujung malam yang telah menua

Dia Ibuku, yang menengadahkan tangan ke langit

Meminta pada Tuhannya

Mendo'akanka selulu dalam Rahmat-Nya

Sirnagalih, 02.35 WIB. 20 Mei 2011.

Teruntuk Ibuku tercinta.

LULUH

Sesungguhnya aku sangat gelisah

Rinduku luluh runtuh

Kujelajahi pesona resah

Cintaku rubuh jatuh

Dari hati, 23.45 WIB.18 Juli 2011


SI KAYA DAN SI MISKIN

Si miskin berteriak kelaparan

Menuntut di berikan sandaran

Sombong memang, berteriak kelaparan

Memangku nasib menunggu diberi kelancaran

Si kaya berpaling geram

Menggerutu di tengah temaram

Menjejali hati dengan sekam

Menyiapkan lidah siap menikam

Si miskin yang sombong

Tak tahu arah bagai kecebong

Si kaya yang beradab

Menjelma jadi biadab

Si miskin berteriak

Si kaya menolak

Si miskin malas

Si kaya culas

Kamar hati, 07.50 WIB. 20 Juli 2011

Bagai Mengukir di Atas Batu

Oleh : Fitri Rahayu

Pahlawan tanpa tanda jasa. Ungkapan itu tak lagi asing di telinga kita. Siapa lagi kalau bukan guru yang berhak menyandangnya? Tentu kita menyadari betul jasa seorang guru. Dari mulai kita duduk di bangku taman kanak – kanak, hingga duduk di bangku kuliah, yang kemudian berubah nama menjadi dosen. Namun, seringkali kita tidak menyadari jasa –jasa beliau. Bahkan di Negara kita tercinta ini. Sungguh miris melihat nasib para guru di negri ini. Telah menjadi rahasia umum bahwa gaji seorang guru, apalagi guru honorer itu jauh dari upah minimum regional (UMR). Bagaimana negri ini mau maju, jika masih memarjinalkan para pendidik. Bukankah para pejabat di Senayan sana, bahkan presiden tak akan menjadi secerdas itu tanpa tangan dingin seorang guru. Sungguh miris jika kita membahasnya lebih lanjut.

Pada kenyataannya, memang ada beberapa oknum pendidik yang melakukan perbuatan yang membuat kita bergidik. Seperti sudah lumrah di beritakan di media Koran maupun televisi. Sebenarnya tak pantas untuk dikatakan. Tapi ini kenyataan. Ada oknum guru yang melakukan kekerasan fisik terhadap siswanya. Ada pula yang menilep uang tabungan siswa. Hingga yang lebih parah, ada oknum guru yang tega mencabuli siswanya. Naudzubillahimindzalik. Tapi lupakanlah. Kasus –kasus itu hanya mencoreng citra guru yang sebenarnya. Para guru yang berhati mulia masih sangat banyak. So, don’t worry.

Menjadi seorang guru yang berkualitas memang berat. Selain harus menempuh pendidikan selama kurang lebih lima tahun dibangku kuliah, seorang guru pun harus mempunyai inner power. Tak mudah menangani banyak siswa yang tentunya berbeda – beda. Ya… kalau cuma mengajar mata pelajaran sih, gampang. Tapi lebih daripada itu, seorang guru harus punya ekstra kesabaran untuk menghadapi siswanya. Seorang guru juga harus senantiasa menjaga citra dirinya di mata masyarakat. Karena mau tidak mau, seorang guru itu, menjadi panutan di masyarakat. Meskipun dengan gaji yang tak seberapa jika dibandingkan dengan pekerja yang bergaji UMR. Seorang guru harus selalu bersemangat menebarkan ilmu. Seribet itukah? Ya, memang begitulah.

Meskipun demikian, langkahku tak akan pernah surut. Aku ingin menjadi seorang guru yang berkualitas. Kenapa? Tentu tak ada banyangan gaji besar dihadapanku. Hanya kekagumanku kepada seorang guru yang membuatku bertekad untuk mengikuti jejaknya.

***

Rancamanyar, 2003

Sudah satu bulan lamanya aku absen sekolah. Bukan karena aku tak mau pergi kesana. Bukan pula karena sakit yang melanda. Tapi aku tak punya ongkos untuk pergi ke sekolah. Jarak antara rumah dan sekolahku lumayan jauh. Aku harus berjalan kaki sejauh dua kilometer, melewati pesawahan untuk sampai ke jalan raya. Setelah itu aku sambung dengan menumpang keor, sejenis kendaraan umum yang jika penumpang mau berhenti harus mengetok kaca dibelakang supir. Ongkosnya, Rp. 1500,. Butuh 25 menit untuk sampai ke terminal. Selesai dengan keor, aku harus naik angkot sekitar 15 menit, seribu lagi harus ku keluarkan. Jika dijumlahkan, butuh kira – kira satu jam untuk sampai di SMPN 1 Baleendah. Dengan menghabiskan ongkos pulang – pergi, RP. 5000. Cukup berat untuk kondisiku sekarang.

Kenapa aku mau bersekolah sejauh itu? Jawabanya karena SMPN 1 Baleendah adalah sekolah favorit. Tak sembarang siswa bisa diterima masuk kesana. Selain butuh biaya yang tak sedikit, setiap siswa yang ingin sekolah disana harus melalui tahapan testing yang sangat ketat. Alhamdulilah, aku berhasil lulus testing dengan mudah. Aku berhasil menembus peringkat ke – 97 dari 450 siswa yang berhasil lulus test. Dan setidaknya, aku telah melewati sekitar 1500 pendaftar. Orang tua mana yang tidak merasa bangga mengetahui anaknya berhasil masuk sekolah favorit. Begitupun dengan orangtuaku. Meskipun mereka harus mengeluarkan biaya lebih.

Tetapi, hari ini miris rasanya. Aku tak bisa pergi ke sekolah karena tak punya ongkos. Orangtuaku sudah tak mampu lagi membekali aku uang saku. Jangankan untuk ongkos atau membayar SPP, untuk makan saja kami kekurangan. Usaha orang tuaku mengalami kebangkrutan. Ya, begitulah resiko seorang wirausahawan. Mereka kekurangan modal untuk menombok barang dagangan. Sebagai penjual sembako, banyak pelanggan yang ngutang. Hingga terjadi ketidak seimbangan antara pengeluaran dan pendapatan. Dan itu berdampak besar pada kondisi keuangan keluarga kami.

Untuk menutupi ketidakhadiranku di sekolah, aku menulis surat keterangan sakit. Yang ditulis olehku sendiri, dan juga memalsukan tandatangan bapakku. Semua itu kulakukan terpaksa. Hanya itu yang bias kulakukan untuk membuat aku tidak di coret dari daftar nama siswa SMPN 1 BE. Aku tidak mau menyusahkan orangtuaku dengan memikirkan biaya sekolah. Karena aku tahu persis apa yang mereka pikirkan saat ini. Yaitu, bagaimana kami sekeluarga bisa makan.

Satu bulan lamanya aku tak hadir di sekolah. Sudah tentu akan menjadi pertanyaan untuk teman – temanku. Apalagi bagian kesiswaan. Jangankan tidak hadir selama berminggu – minggu, sehari saja absen, bias di interogasi habis – habisan oleh bagian kesiswaan. Ya, memang begitulah peraturannya. Kenapa tidak ada temanku yang menengokku, padahal mereka tahunya aku sakit? Itu juga aku syukuri, karena tak ada temanku yang mengetahui letak rumahku. Maklum, rumahku agak jauh dari peradaban. Itu merupakan sebuah keuntungan buatku, karena jika mereka tahu alasanku absen sebulan ini, mereka pasti sudah datang menengok. Dan aku hanya bisa berharap ada keajaiban. Berharap ada uluran tangan Tuhan. Berharap aku bisa terus sekolah.

Sore yang cerah. Seperti biasanya aku mengurusi tanaman dipekarangan rumahku. Hanya mereka yang bisa menghiburku. Mawar, Bunga sepatu, dan tanaman lainnya. Mereka menjadi penghiburku. Bersama mereka, sejenak aku bisa melupakan perih dihati karena ingin sekolah. Dan hanya mereka barang berharga dirumah. Karena barang- barang berharga dirumah sudah habis dijual. Semuanya hanya untuk bertahan hidup.

Kurapikan rumput – rumput liar yang mulai meninggi. Ketika sedang asyik – asyiknya berkebun, tiba – tiba ada suara menyapaku.

“Fit, kamu baik-baik saja?”

Aku mendongak kaget. Nita, Resti, dan Bu Nunung telah ada dihadapanku. Aku langsung menyalami mereka.

“Alhamdulilah fit baik,” Dengan gemetar aku menjawab. Lalu aku mempersilahkan mereka masuk. Akupun memenggil mamaku.

“Maaf, Bu, saya wali kelasnya fitri,” Bu Nunung memperkenalkan diri.

“O..iya, Bu, saya mamanya fitri,” Balas mama memperkenalkan diri.

“Begini, Bu. Kami mengkhawatirkan Fitri. Sudah sebulan ini absen. Kami hanya menerima surat keterangan sakit,” Bu Nunung melirik padaku.

“Maaf, Bu. Sebenarnya Fitri tidak sakit,” Jawab mama. Nita dan Resti menatapku sinis.

“Lantas, apa alasannya, Bu, hingga fitri absen sebulan ini?”

“ Maaf, Bu. Tapi sepertinya saya sudah tidak sanggu lagi membiayai sekolah Fitri,” Jawab mama. Lemas. Bu Nunung berpikir dalam diam. Nita dan Resti berbisik- bisik tak jelas. Sedangkan aku hanya tertunduk lesu.

“Kamu masih ingin sekolah, Fit?” Bu Nunung memecah keheningan.

“I..iya, Bu.”

“Bagus.” Sebuah senyum tersunging dari bibir Bu Nunung.

“Maksud Ibu, bagaimana?” Tanya mamaku. Tak mengerti.

“Begini, Bu. Jika Fitri masih mau sekolah, biarkanlah dia sekolah. Mengenai biaya sekolah, janagn terlalu dipikirkan.”

“Bukan hanya itu, Bu. Kami juga tak mampu membekali Fitri ongkos untuk berangkat ke sekolah,” Mamaku mempertegas masalah. Bu Nunung mengeluarkan dompet. Dan mengambil dua lembar uang lima puluh ribuan.

“Ini untung ongkosmu. Ibu rasa ini cukup untuk seminggu,” Bu Nunung menyodorkannya padaku.

“Terima kasih, Bu.” Aku menerimanya dengan gembira.

“Mulai besok kamu sekolah ya, Fit! Ibu tunggu.”

“Lalu bagaimana dengan biaya selanjunya, Bu?” Tanya mamaku. Cemas.

“Kita pikirkan nanti. Ibu tidak perlu khawatir,” Sorot mata Bu Nunung memancarkan optimisme.

“Sekali lagi terima kasih, Bu.”

“Oke, tapi kamu harus membalasnya, Fit.”

“ Maksud Ibu?”

“Mulai sekarang, belajarlah lebih rajin. Pertahankan prestasimu dikelas!”

“Insya Allah, Bu. Fitri akan berusaha.”

“Baiklah. Kami pamit dulu, sudah sore,” Bu Nunung menyalami aku dan mama. Resti dan Nita hanya berlalu dingin. Entahlah aku tak tahu kenapa.

***

Pagi ini terasa masygul. Setidaknya untukku yang sedang riang. Aku menyusuri setiap jalan dengan penghayatan penuh. Debu dan asap knalpot kendaraan bermotor, kunikmati saja sebagai limpahan alam. Hari ini aku kembali ke sekolah. Dalam bayanganku, teman – temanku akan menyambut riang. Ah, langkahku semakin rapat.

Setibanya di gerbang sekolah, aku merasa agak canggung. Maklum, sudah sebulan ini aku absen. Aku berpapasan dengan beberapa teman sekelasku. Ah, mungkin mereka sedang sibuk, sehingga tak sempat menyapaku. Kelas XII i. aku memasuki kelasku. Aku tak menyangka, tak ada sambutan sama sekali. Teman – temanku hanya menatapku dingin. Bahkan Nita dan Resti, kebanyakan dari mereka hanya berbisik – bisik. Entah apa yang mereka bisikan. Hanya Citra yang menanyakan kabarku dan mau menyapaku. Begitupun dengan guru – guruku, mereka tak menanyakan kabarku sama sekali. Bahkan ada yang menyangka aku adalah murid baru. Batinku perih. Ternyata selama ini tak ada yang menganggapku ada. Lalu, kenapa sebelumnya aku bisa berteman akrab dengan mereka? Oh..rupanya aku tahu alasan sebenarnya. Teman – temanku yang rata – rata anak orang berada itu, malu berkawan denganku yang adalah anak orang tak punya. Aku terima saja kenyataan ini. Meskipun hari – hariku setelah ini akan terasa berat tanpa teman.

Ruang Tata Usaha. Dengan gelisah aku duduk di belekang meja TU.

“Fitri Rahayu kelas tujuh I,” Jawabku ketika ditanya identitas oleh petugas TU.

“Ini kartu SPP-mu,” Petugas TU menyodorkan selembar kartu berwarna biru.

“Terima kasih, Pak.” Aku berlalu keluar ruangan. Petugas TU hanya menyungingkan senyum tanpa menjawab. Mataku tertuju pada kartu berwarna biru di genggamanku. Kolom – kolom yang ada disana telah terisi oleh bubuhan cap dan tandatangan. Aku terkesiap, ternyata SPP-ku selama satu semester telas lunas. Tentu aku tahu siapa yang membayarnya. Bu Nunung. Ah, sungguh baik. Beliau rela membayar SPP-ku selama satu semester penuh. Kulihat lebih teliti ke daftar siswa yang tidak mampu. Tak ada namaku disana. Dan tak ada lagi lowongan untuk mengajukan diri. Karena aku terdaftar sebagai siswi yang berasal dari keluarga yang tergolong mampu. Jadi tak ada keringanan biaya untukku. Berarti Bu Nunung yang membayarnya secara pribadi. Huh.. batinku terasa lega, setidaknya kini aku bisa terus sekolah.

Ternyata masalahku belum tuntas sampai disini. Satu bulan lamanya aku absen. Itu artinya, aku ketinggalan banyak pelajaran. Guru –guruku membebankan tugas – tugas padaku. Dari mulai soal, makalah, hingga mengisi LKS yang bahkan tak satupun LKS yang aku punya. Lembar kerja siswa itu terlalu mahal untukku. Rp. 6000,./LKS x 15 pelajaran = Rp. 90.000,. tentu ini berat untuku. Alhasil, aku diharuskan menyalin semua isi LKS yang dipinjamkan oleh Citra. Hanya Bu Nunung yang mau memberikan keringanan. Beliau tak mengharuskan aku menyalin LKS. Dan lebih daripada itu, beliau juga memberiku uang saku setiap minggunya untuk ongkos ke sekolah. Semakin kagum aku padanya. Beliau sudah kuanggap seperti malaikat utusan Tuhan, yang mengulurkan tangannya untukku. Matematika. So hard to me. Aku tidak suka Matematika. Meskipun demikian, ketika belajar bersama Bu Nunung, entah kenapa semangatku berkobar. Aku masih ingat pesan beliau, “Balaslah segala kebaikan Ibu dengan rajin belajar.”

Satu semester pun berlalu. Tak terasa hari – hari berat berhasil ku lewati. Keadaan ekonomi keluargaku berangsur membaik. Usaha bapakku mulai merangkak maju. Kini, aku bisa mendapatkan uang saku lagi. Hari ini adalah hari pembagian rapor. Hari penentuan apakah aku naik kelas XIII atau harus tinggal di kelas XII. Mamaku datang unutuk mengambil rapor. Ia menatapku bangga. Setelah perjuangan yang berat selama satu semester ini, akhirnya aku bisa naik kelas. Walaupun nilai – nilaiku merosot turun. Tapi aku tetap bersyukur atas hasil yang kudapat. Aku menyalami Bu Nunung dan mengucapkan terima kasih. Beliau membalas dengan senyuman,”Selamat berlibur, Nak. Semoga liburanmu menyenangkan.”

***

Baleendah, 2011

Hari ini ujian test Linguistik yang menjemukan. Semua teman sekelasku mengeluh tentang mata kuliah yang satu ini. Begitupun denganku. Namun, setiap semangatku kendor, aku kembali mengingat ke delapan tahun yang lalu. Disaat aku hampir tak bisa melanjutkan pendidikanku. Nikmat mana lagi yang aku dustakan. Kini aku tengah duduk di bangku kuliah yang diimpi – impikan banyak orang. Huh…masa, test begini saja aku sudah menyerah. Pikiranku menerawang. Ada wajah Bu Nunung membayang. Kalau bukan karena uluran tangan Tuhan melalui beliau, mungkin aku tak akan berada disini sekarang. Tak akan berstatus sebagai seorang mahasiswa. Meskipun, sejak aku lulus SMP aku tak pernah bertatap muka lagi dengan beliau, tapi Bu Nunung kan tetap ada dalam semangatku.

Jasa – jasanya bagai terukir diatas batu yang tak mudah terhapus. Aku ingin seperti Bu Nunung. Menjadi seorang guru yang tidak hanya mengajar dengan ilmunya. Tetapi menjadi seorang guru yang juga mengajarkan tentang apa arti kemanusiaan, ketabahan, dan kerja keras. Tapi maaf, Bu. Fitri tak bisa menjadi seorang guru matematika seperti ibu. Karena sampai saat ini Fit masih tak suka dengan pelajaran yang satu ini. Hehe

Terima kasihku kuucapkan

Pada guruku yang tulus

Salam takzim dari anakmu.

Sirnagalih, 19 Juni 2011

Cerita Mini (flash fiction): LOWONGAN KERJA

LOWONGAN KERJA

Oleh : Fitri Rahayu

Ino terlihat lesu. Kemeja terbaiknya terlihat lusuh dan muram. Dilipatan tubuhnya tercetak bekas keringat yang jelas-jelas menyiratkankelelahan luar biasa.

“Lu, dapet kerjaannya, No?” Seru Arga sembari matanya tetap menatap layar komputer.

“Belum, Ar.” Ino menghempaskan tubuhnya ke kasur lepek disudut kamar kost.

“ IPK-mu kurang, No?”

“Lu, kan tau IPK- gue diatas rata-rata.”

“Lalu?lu, kurang menarik? Atau kurang berpengalaman?”

“Sialan lu, penampilan gue kurang menarik gimana?” Teriak Ino sambil mengangkat bahunya. Menampilkan badannya yang tegap.

“Sudah berapa perusahaan yang lu datengin?”

“Puluhan, tapi hasilnya nihil.”Ratap Ino. Menerawang.

“Ehmm…lu sih, coba kalo nurut nasehat si Koya, dia kan nyaranin lu ke dukun.” Tungkas Arga. Dingin.

“Ah…lu, lihat hasil si Koya itu, dia cuma jadi loper magazine por**.”

“Hahaha…lumayan sob. Daripada luntang-lantung kaya lu.” Jawab Arga. Puas.

“Ehmm…gue ga ngerti apa sih yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan itu?” Tanya Ino. Frustasi.

“Nih, gue punya pencerahan buat lu..” Arga melemparkan selembar kertas pada Ino.

LOWONGAN KERJA

DICARI karyawan tetap untuk perusahaan PT. Ingin Maju Terus

Syarat dan Ketentuan :

1. Umur , sudah baliq, sudah tua juga boleh asal masih ada nyawanya

2. Pendidikan, asal bisa baca tulis dan berhitung (calistung)

3. Tidak perlu berpengalaman

4. Penampilan harus meyakinkan walau muka pas-pasan

5. Berdomisili di sekitar perusahaan atau boleh juga jauh tapi ongkos transport di tangung sendiri

6. Harus ada hubungan kekerabatan dengan pemilik perusahaan atau kalau tidak, anda boleh membayar 25 juta,dijamin sudah bisa jadi menejerrrr..

Tempat terbatas dan Lamaran beserta CV bisa di lampirkan dengan amplop tertutup, lebih bagus lagi jika di dalam amplop ada uang persenannya.

“Sialan..@#%^*&+!!

Untuk teman- temanku yang sedang mencari kerja..SEMANGAT TERUS..haha

Kisah ini hanya fiktif belaka. Jika ada nama atau tempat yang sama, jangan tersinggung.: )