Sabtu, 06 Februari 2010
Kelurahan Jelekong Jadi Kawasan Wisata
Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung, yang selama ini dikenal karena adanya padepokan wayang golek Giriharja, akan menjadi sentra kerajinan tangan (handycraft), melengkapi sentra konveksi di Kecamatan Soreang, dan sentra strawberry di Kecamatan Ciwidey.
"Insyaallah dalam waktu yang tidak lama lagi, sentra kerajinan tangan bernama Sentra Handycraft Jelekong segera berdiri di sini," kata Koordinator Sentra Handycraft Jelekong Irwansyah, di galeri wayang golek Giriharja Jelekong, Senin (6/7).
Irwansyah memaparkan gagasan membangun sentra kerajinan tangan muncul dari dalang wayang golek kondang H Asep Sunandar Sunarya, yang tinggal bersama keluarga besar Sunarya di Kampung Giriharja, Kelurahan Jelekong.
"Selain untuk membangun generasi penerus seni wayang golek, sentra ini juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para perajin yang ada di sini," ujar Irwansyah.
Di sini, lanjut dia, banyak potensi kerajinan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain kerajinan wayang golek panggung hingga wayang golek cinderamata dan lukisan.
Produksi kerajinan tangan wayang golek dan lukisan Kelurahan Jelekong kini diminati banyak konsumen dari daerah di luar Kabupaten Bandung hingga mancanegara.
Untuk di dalam negeri, sebagian pesanan datang dari daerah berpotensi wisata tinggi, antara lain Yogyakarta dan Bali.
Perajin wayang golek di Kelurahan Jelekong hingga saat ini tidak kurang dari 15 kepala keluarga (KK), sedangkan perajin lukisan sekitar 3.000 KK, dengan omzet berkisar Rp50 juta untuk kerajinan mayang golek dan Rp250 juta kerajinan lukisan.
"Di sini, sekarang juga mulai berkembang kerajinan kulit, dan tidak menutup kemungkinan tumbuh lagi perajin dengan komoditas berbeda," katanya.
Sentra Handicraft Jelekong juga akan dilengkapi dengan sarana multimedia, dengan harapan bisa mengembangkan pasar kerajinan lebih luas.
Dengan pembangunan Sentra Handicraft Jelekong, kelurahan ini ke depan diharapkan menjadi kawasan wisata seni dan wisata agro karena di Kampung Gentong yang bersebelahan dengan Kampung Giriharja, segera dibangun wisata agro lengkap dengan sarana outbond.
SIRNAGALIH
Jalan Rusak tak Jadi Halangan
memang itu salah satu kekurangan kampung jelekong yang selama ini terkenal dengan pewayangan dan lukisannya.tapi meskipun demikian,hal tersebut tidak meyurutkan niat para wisatawan baik dalam maupun lur negri,untuk mengunjungi kampung Jelekong dengan segala keramah tamahan dan pesona seninya.
Apalagi selama ini, Jelekong selalu dijadikan bahan observasi para mahasiswa dan peneliti seni.
Yaa....mudah-mudahan pemerintah daerah setempat bisa lebih memperhatikan Jelekong yang seyogyanya bisa menjadi pemasukan daerah.
Rabu, 03 Februari 2010
SEBRING(seblak kering)
enaknya dimakan dengan makan kuah, tapi dimakan-makan buat snack pun gak kalah seru


selain seblak kering seperti gambarnya, ada juga lho seblak tumis, rasanya gak kalah enak dan cara membuatnya mudah.
Bahan-bahan:
1. kerupuk sumber sari putih atau berwarna sesuai selera.
2. kencur,bawang putih, cabe rawit aka cengek secukupnya,biasanya gw 5 s/d 7
3. garam secukupnya.
Cara membuat:
-tumbuk kencur, bawang putih, cengek, dan garem sampe halus.
-rebus kerupuk sampe lembek lalu tiriskan.
-terus goreng bumbu2 yang udah diulek atw tumbuk sampe setengah matang,kemudian
masukkan kerupuk yg sudah ditiriskan.
-goreng bersama2 sampe kering.
-eing ing enggg seblak tumis siap disajikan
sayang aQ belum sempet lagi masak2 jadi gak ada deh gambarna.
pedessss...sh..sh..sh...
Komunitas Pelukis dapat Penghargaan dari Gubernur
BANDUNG, TRIBUN - Di Gedung Merdeka, pergantian tahun ditandai penyerahan penghargaan pada 19 pelaku seni, budaya dan wisata Jabar 2009. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan langsung menyerahkan penghargaan tersebut, Kamis (31/12).
Penyerahan penghargaan yang diberikan menjelang pergantian tahun 2009 - 2010 dilakukan dalam acara Kilas Balik Jabar tahun 2009 yang dihadiri pula oleh Menteri Informasi dan Komunikasi (Menkominfo) RI Tifatul Sembiring.
Mereka yang menerima penghargaan itu adalah H Moh Aim Salim SSen (Seniman Tari Sunda), Herry Dim (Pelukis), Handoyo (Seniman Tari), Moh Yasin (Seniman/Inovator Pop Sunda), Komunitas Jelekong (Komunitas Pelukis), Getar Pakuan (Sanggar Seni), Hj Aam Amilia (Sastrawan), Godi Suwarna (Sastrawan), Iwan Abdurahman (Musisi), Prof Dr Uka Tjandrasasmita (Arkeolog), H Kusman Kartanagara yang akrab disapa Aom Kusman (Seniman).
Kemudian PT Mekar Unggul Sari (Obyek dan Daya Tarik Wisata), Dharmadi (Air Asia, Maskapai Penerbangan), Dr H Misriyadi MA (Pendidikan Pariwisata), Roby Tjahyadi yang akrab disapa Bob Doank (Pemilik RM Sapulidi), Ir Cecep Rukmana (Owner Hotel Panghegar), Armand Maulana (Musisi "GIGI"), Sule Sutisna (Grup SOS) (artis komedian), dan Dr Agus Pakpahan (Deputi Meneg BUMN).
OJEK JELEKONG
Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan supirnya dahulu setelah itu sang supir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.
Ojek banyak digunakan oleh masyarakat Jelekong. Karena kelebihannya dengan angkutan lain yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela jalan. Selain itu dapat menjangkau daerah-daerah dengan gang-gang yang sempit dan sulit dilalui oleh mobil. Biasanya mereka mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di jalan masuk kawasan permukiman.
Selasa, 02 Februari 2010
Generasi Penerus Asep Sunandar
Domba Adu GIRIHARJA 3
Kala, milik dalang terkenal Asep Sunandar Sunarya dari Giri Harja 3
Jelekong Kab. Bandung. Meskipun memiliki postur tubuh yang sangat
meyakinkan dengan berat 117 kg, sayangnya panitia menilai Batara Kala
terlalu tua dengan umur 2,5 tahun.
"Sewaktu berumur satu tahun, Batara Kala dihargai 17,5 juta. Tapi tak
tahu kalau sekarang," kata Baran Siswadi (33), seorang penghobi domba
garut yang bertanggung jawab memelihara Batara Kala.
Nilai ekonomis domba garut memang cukup menjanjikan dan memberikan
peluang bagi para peternak untuk meningkatkan kesejahteraannya. Beberapa
domba garut unggul untuk petarung bahkan bernilai sangat tinggi dan
dapat dihargai mencapai ratusan juta rupiah.
Domba garut unggul memang digolongkan dalam beberapa kategori, yakni
domba pedaging, pejantan, dan petarung untuk adu tangkas.
Dikatakan H. Oro Suhara, Ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing
Indonesia (HPDKI) Kab. Bandung, peternakan domba garut terutama untuk
petarung di Kab. Bandung belakangan sangat pesat karena didukung oleh
budaya dan kegemaran masyarakat dalam adu domba. Kebanyakan bibit domba
adu unggulan di Kab. Bandung diambil dari Garut dan dikembangkan di
Kecamatan Ibun. Saat ini, populasi domba garut untuk ketangkasan di Kab.
Bandung tercatat 50.000 ekor.
"Tingginya nilai ekonomis domba garut membuat masyarakat lebih terpacu
untuk melakukan pembibitan sendiri dan menghasilkan bibit yang lebih
berkualitas," kata H. Oro.
Senin, 01 Februari 2010
Asep Sunandar Sunarya
Dia dipuji dan juga dikritik dengan karya terobosannya itu. Namun, kritikan itu makin emacu semangat dan kreativitasnya. Keuletannya membuahkan hasil, namanya semakin populer. Terutama setelah Asep meraih juara dalang pinilih I Jawa Barat pada 1978 dan 1982. Kemudian paada 1985, ia meraih juara umum dalang tingkat Jawa Barat dan memboyong Bokor Kencana.
Pengakuan atas kehandalan dan kreativitasnya mendalang, bukan saja datang dari masyarakat Jawa Barat dan Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Dia pernah menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville Prancis. Dari institut itu dia mendapat gelar profesor.Asep Sunarya lahir 3 September 1955 di Kampung Jelengkong, Kecamatan Baleendah, 25 km arah selatan Kota Bandung. Bernama kecil Sukana, anak ketujuh dari tiga belas bersaudara keluarga Abah Sunarya yang dikenal sebagai dalang legendaris di tanah Pasundan.
Sejak kecil, terutama sesudah remaja, ia sudah berambisi menjadi dalang. Makanya, setamat SMP, ia mengikuti pendidikan pedalangan di RRI Bandung. Meski ayahnya seorang dalang legendaris di kampungnya, Asep memilih belajar dalang dari Cecep Supriadi di Karawang.Berbeda dengan pendahulunya yang mendalang tempat-tempat tertentu saja, Asep justru tekun mensosialisasikan wayang golek yang inovatif ke kampus-kampus, hotel-hotel, gedung-gedung mewah dan televisi. Upayanya membuahkan hasil. Wayang golek populer di berbagai tempat. Penampilannya yang selalu menarik perhatian mengundang decak kagum penonton baik anak muda maupun orang tua.Popularitas dalang yang telah menikah lima kali dan mempunyai sembilan anak ini pun semakin tinggi. Tidak saja dia diundang pentas mendalang di dalam negeri, tetapi juga di berbagai kota di Benua Asia, Amerika dan Eropa.
WAYANG GOLEK
LEMBUR HAREPAN
Lembur leutik camperenik
Beh kiduleun kota Bandung
Katelah kampung Jelekong
Najan lembur nyingkur
Alamna subur jeung makmur
Gudangna para seniman
Jelekong lembur harepan
Gunung-gunungna...
Hejo lemok dangdaunan
Ngeplak sawahna
Matak endah katinggalna
Hayu babaturan
Ngurus lembur babarengan
Ulah dek sewang-sewangan
Gotong-royong sauyunan
Dadan Sunandar