Oleh : Fitri Rahayu
SEKAM
Ada sekam dalam hatiku
Sekam itu bernama cemburu
Nafasku kian memburu
Panas dan sesak berhembus tak menentu
Sekam itu berasal dari cinta
Cinta yang awalnya teramat menggoda
Lamat – lamat kurasa dalan jiwa
Namun, sekam itu kian membara
Kau yang menyulut api dalam sekam
Dalam keraguan yang terus menikam
Hingga malam kian mencekam
Kecemburuan ini kan tetap jadi sekam
Kalau saja sekam itu tak kau tanam
Tak mungkin aku terjaga sepanjang malam
Bukannya segera kau siram
Malah terus kau sulut dan tak kunjung padam
Sirnagalih, 22.10 WIB. 12 Juni 2011
Teruntuk yang selalu membuatku cemburu
MUKADIMAH
Kumukadimahi dengan senyummu
Ah..itu cukup untuk membuatku menggigil
Bukan itu, tepatnya aku sangat menggigil
Dan aku tak beranjak dalam gigil yang meluluh
Lalu sorot matamu melelehkanku
Entah keajaiban mana yang membuatnya begitu indah dan teduh
Kuhirup udara dalam – dalam
Kurasakan nafas surga melewati kerongkonganku
Harum dan masygul tiada tara
Kini aku berada jauh dalam hatimu
Aku terkesiap, ada sebongkah cinta disana
Kumasuki lebih dalam ke urat nadimu
Kutemukan sepotong rindu
Kemudian, aku berlindung diantara kekar lenganmu
Bersandar manja di dinding bahumu
Merasakan hentakan denyut jantungmu
Cukuplah sudah, kuakhiri saja dalam pelukmu
Sirnagalih, 05.20 WIB. 13 Juni 2011
Teruntuk seseorang yang selalu kurindu.
DIA BERBISIK DENGAN TUHAN
Aku mendengar dia berbisik dengan Tuhannya
Di penghujung malam yang mulai menua
Lirih dan parau nyanyiannya di malam itu
Kulihat tangannya menengadah ke langit
Entah meminta apa, aku samar mendengarnya
Aku semakin mendekat
Jarak antar degup jantungku semakin rapat
Teralun lembut dalam bisikannya
Menyebut namaku
Dia berbisik dengan Tuhannya
Dipenghujung malam yang telah menua
Dia Ibuku, yang menengadahkan tangan ke langit
Meminta pada Tuhannya
Mendo'akanka selulu dalam Rahmat-Nya
Sirnagalih, 02.35 WIB. 20 Mei 2011.
Teruntuk Ibuku tercinta.
LULUH
Sesungguhnya aku sangat gelisah
Rinduku luluh runtuh
Kujelajahi pesona resah
Cintaku rubuh jatuh
Dari hati, 23.45 WIB.18 Juli 2011
SI KAYA DAN SI MISKIN
Si miskin berteriak kelaparan
Menuntut di berikan sandaran
Sombong memang, berteriak kelaparan
Memangku nasib menunggu diberi kelancaran
Si kaya berpaling geram
Menggerutu di tengah temaram
Menjejali hati dengan sekam
Menyiapkan lidah siap menikam
Si miskin yang sombong
Tak tahu arah bagai kecebong
Si kaya yang beradab
Menjelma jadi biadab
Si miskin berteriak
Si kaya menolak
Si miskin malas
Si kaya culas
Kamar hati, 07.50 WIB. 20 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar